Mahabarata - Sebuah Bencana Teknologi
Perang dahsyat Mahabarata bukanlah
cerita tentang cinta dan kasih sayang. Ia adalah cerita tentang ego kekuasaan
dan ego Intelligentsia.
Bahkan kelompok Pandawa juga bukan
merupakan pribadi yang bisa diandalkan. Kelahiran Pandawa yang dimetaforkan
melalui dimasukkan ke dalam ‘kawah’ Candradimuka adalah sebuah gambaran dari
teknologi ‘kloning’, sebuah teknologi maju yang sudah berkembang pada masa 5000
SM.
‘Kloning’ untuk menghasilkan
manusia-manusia unggul baik dari kelompok Pandawa maupun Kurawa, tetap
menyisihkan sisi-sisi gelap pada pribadi yang ada. Pandawa yang selalu di
elu-elukan sebagai orang baik dan ‘tokoh’ pujaan dalam pewayangan, merupakan
lima pribadi yang mempunyai banyak kekurangan.
- · Yudistira
sebagai kakak tertua adalah ‘tukang’ judi. Ia sangat gemar berjudi
sehingga mau mempertaruhkan apa saja yang ia punyai, walaupun itu istrinya
sendiri.
- · Bima,
sebagai orang yang terkenal paling kuat fisiknya adalah orang yang keras
kepala, emosi tinggi sehingga temperamen dan gampang marah.
- · Arjuna
adalah orang yang gemar meng-eksplorasi sex, seorang playboy yang
mempunyai banyak pasangan.
- · Nakula
dan Sadewa adalah dua orang yang selalu dalam posisi tidak dapat
menentukan pilihan, orang yang ambiguitasnya tinggi dan tidak mempunyai
pendirian yang teguh.
Dalam masa itu, tiga orang ilmuwan
yang sempat direkam namanya adalah Bisma, Druna, dan Sengkuni. Tiga tokoh yang
berperan memercikkan perseturuan sehingga terjadi perang dahsyat Mahabarata.
Sengkuni yang ahli tatanegara berhasil membangun
strategi suksesi yang inkonstitusional, dan mendesain kepentingan ilmu negara
dan politiknya untuk menjadikan anak keturunan Kurawa berkuasa penuh atas
Hastinapura.
Dari sisi lain, ada
tokoh ilmuwan muda yang genius dan cerdas dari Negara Dwaraka, yaitu Krisna.
Karena umurnya yang masih muda, maka tokoh-tokoh ilmuwan tua kadang
mengesampingkan peran dari Krisna. Dwaraka berkembang menjadi Negara kuat
dengan prajurit-prajurit handal. Teknologi yang dipunyai Krisna dan sangat
disegani adalah senjata ‘Cakra’, sebuah metafora dari senjata laser pemusnah
masal.
Perebutan tanah
kekuasaan Hastinapura antara Kurawa dan Pandawa yang melibatkan Negara-negara
lainnya, bukanlah sebuah perang kecil yang digambarkan menggunakan kereta kuda,
senjata kuno panah dan adu pedang. Bila perang saat itu hanyalah perang kuno
konvensional, maka cerita dari perang tersebut bukanlah perang dahsyat yang
besar.
Arjuna yang
digambarkan berada dalam kereta kuda bersama Krisna, dengan kereta bernama
‘Vimana’ yang meluncurkan panah pasopati dengan sangat cepat dan tak
henti-henti, adalah sebuah teknologi pesawat terbang modern dengan persenjataan
laser.
Perang Mahabarata
adalah perang tekonologi nuklir dahsyat yang meluluhlantakkan dunia pada saat
itu sehingga kehancuran yang terjadi menyebabkan peradaban kembali ke masa
primitive dan harus mulai dari awal untuk membangunnya. Dari hasil riset dan penelitian yang dilakukan
ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali
sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai. Batu
yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya
menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut,
dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 °C. Bara api yang biasa tidak mampu
mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu
yang demikian.
Tahun 1972 silam, ada
sebuah penemuan luar biasa yang barangkali bisa semakin memperkuat dugaan bahwa
memang benar peradaban masa silam telah mengalami era Nuklir yaitu penemuan
tambang Reaktor Nuklir berusia dua miliyar tahun di Oklo, Republik Gabon!
Yang jelas, perang
maha dahsyat tersebut telah membumi-hanguskan semua ego kekuasaan dan
menghancurkan semua tatanan dunia yang ada. Peradaban kembali dari awal,
kehidupan kembali dimulai dari status primitive. Masa Primitive ini berakhir
ketika muncul peradaban Sumeria sekitar 4000SM. Peradaban Sumeria inilah yang
dikenal dengan peradaban daerah Timur Tengah dengan cerita yang dimulai dari
Adam dan Hawa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar